Mengenal Alloh SWT

( Islam )


Sumber : Ummu, kuliahsyariah.mp.com

Apabila anda ditanya : Siapakah Tuhanmu ? Maka katakanlah : Tuhanku adalah Alloh, yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya. Dan Dia-lah sesembahanku, tiada bagiku sesembahan yang haq selain Dia.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Segala puji hanya milik Alloh Tuhan Pemelihara semesta alam.” {Surat Al-Faatihah (1) : 1}
Semua yang ada selain Alloh disebut Alam, dan aku adalah salah satu dari semesta alam ini.
Selanjutnya, jika anda ditanya : Melalui apa anda mengenal Tuhan ? Maka hendaklah anda jawab : Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah : malam, siang, matahari dan bulan. Sedang diantara ciptaan-Nya ialah : tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara keduanya.
Firman Alloh ta’ala :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Alloh yang menciptakannya jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya beribadah.” {Surat Fushshilat (41) : 37}
Dan firman-Nya :
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan Dia (ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, hanya hak Alloh mencipta dan memerintah itu. Mahasuci Alloh Tuhan semesta alam.” {Surat Al-A’raaf (7) : 54}
Tuhan inilah yang haq disembah. Dalilnya, firman Alloh ta’ala :
“Wahai manusia. Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 21-22}
Ibnu Katsir [1], rahimahullohu ta’ala, mengatakan : “Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah.” [2]
Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Alloh itu, antara lain : Islam [3], iman, ihsan, doa, khauf (takut), raja’ (pengharapan), tawakkal, raghbah (penuh minat), rahbah (cemas), khusyu’ (tunduk), khasyyah (takut), inabah (kembali kepada Alloh), isti’anah (memohon pertolongan), isti’adzah (meminta perlindungan), istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau atau diselamatkan), dzabh (penyembelihan), nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Alloh.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Alloh, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya disamping (menyembah) Alloh.” {Surat Al-Jinn (72) : 18}
Karena itu, barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Alloh, maka dia adalah musyrik dan kafir. Firman Alloh ta’ala :
“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain disamping (menyembah) Alloh, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhan-nya. Sungguh, tiada beruntung orang-orang kafir itu.” {Surat Al-Mu’minuun (23) : 117}

Dalil macam-macam Ibadah :
  1. Dalil doa
    Firman Alloh ta’ala :
    “Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina.” {Surat Ghaafir (40) : 60}
    Dan diriwayatkan dalam hadist :
    “Doa itu adalah sari ibadah.” [4]
  2. Dalil khauf (takut)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” {Surat Ali-’Imran (3) : 175}
  3. Dalil raja’ (pengharapan)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.” {Surat Al-Kahfi (18) : 110}
  4. Dalil tawakkal (berserah diri)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Dan hanya kepada Alloh-lah supaya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” {Surat Al-Maa’idah (5) : 23}
    Dan firman-Nya :
    “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia-lah Yang akan mencukupinya.” {Surat Ath-Thalaaq (65) : 3}
  5. Dalil rahgbah (penuh minat), rahbah (cemas) dan khusyu’ (tunduk)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdoa kepada kami dengan penuh minat (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami.” {Surat Al-Anbiyaa’ (21) : 90}
  6. Dalil khasy-yah (takut)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 150}
  7. Dalil inabah (kembali kepada Alloh)
    Firman Alloh ta’ala :
    “Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu serta berserah-dirilah kepada-Nya (dengan mentaati perintah-Nya), sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi).” {Surat Az-Zumar (39) : 54}
  8. Dalil isti’anah (memohon pertolongan)
    “Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan.” {Surat Al-Faatihah (1) : 4}
    Dan diriwayatkan dalam hadist :
    “Apabila kamu memohon pertolongan, maka memohonlah pertolongan kepada Alloh.” [5]
  9. Dalil isti’adzah (meminta perlindungan)
    “Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” {Surat Al-Falaq (113) : 1}
    Dan firman-Nya :
    “Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan manusia, Penguasa manusia.” {Surat An-Naas (114) : 1-2}
  10. Dalil istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan)
    Firman Alloh ta’ala :
    “(Ingatlah) takkala kamu meminta pertolongan kepada Tuhan-mu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu diperkenankan-Nya bagimu.” {Surat Al-Anfaal (8) : 9}
  11. Dalil dzabh (penyembelihan)
    “Katakanlah : Sesungguhnya sholatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh Tuhan semesta alam, tiada sesuatupun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya).” {Surat Al-An’am (6) : 162-163}
    Dan dalil dari Sunnah :
    “Alloh melaknat orang yang menyembelih (binatang) bukan karena Alloh.” [6]
  12. Dalil nadzar
    Firman Alloh ta’ala :
    “Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana.” {Surat Al-Insaan (76) : 7}
———————————-
[1] Abu Al-Fidaa Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi (701 - 774 H, 1302 - 1373 M). Seorang ahli ilmu hadist, tafsir, fiqh dan sejarah. Diantara karyanya Tafsir Al-Qur’aan Al-’Azhiim, Thabaqaat Al-Fuqahaa’ Asy-Syaffi’iyyin, Al-Bidayah Wa An-Nihayah (sejarah), Ikhtishaar ‘Uluum Al-Hadist Syarh Shahih Al-Bukhari (belum sempat dirampungkannya)
[2] Lihat Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’aan Al-’Azhiim (Cairo Maktabah Dar At-Turats, 1400 H), jilid 1, hal 57
[3] Islam, yang dimaksud disini adalah Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji
[4] Hadist riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahih, kitab Ad-Da’waat, bab 1. Berkata al-Albani dalam Shahih wa Dha'if Sunan at-Tirmidzi: dha'if dengan lafazh ini  الدعاء مخ العبادة . Namun dengan lafazh الدعاء هو العبادة di-shahihkan beliau.
Maksud hadist ini adalah bahwa segala macam ibadah, baik yang umum maupun yang khusus, yang dilakukan seorang mu’min, seperti mencari nafkah yang halal untuk keluarga, menyantuni anak yatim dll, semestinya diiringi dengan permohonan ridho Alloh dan pengharapan balasan ukhrawi. Oleh karena itu doa (permohonan dan pengharapan tersebut) disebut oleh Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagai sari atau otak ibadah, karena senantiasa harus mengiringi gerak ibadah
[5] Hadist riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahiih, kitab Shifaat Al-Qiyaamah wa ar-Raqa’iq wa al-Wara’, bab 59. Dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad (Beirut Al-Maktab Al-Islami, 1403 H) jilid 1, hal 293, 303, 307
[6] Hadist riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Adhaahi, bab 8. Dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 1, hal 108, 118 dan 152.